***
Bagaimana kabarmu? Masih cukup sehatkah untuk berpikir optimis? Masih jernihkah matamu menatap masa depan yang lebih positif? Aku harap iya, karena jika tidak maka sia-sialah aku bertahan hingga kini.
Awalnya, aku ingin menulis untuk kita di masa lampau. Tapi kupikir, untuk apa? Toh surat ini tidak akan sampai padanya. Karena mesin waktu belum tercipta untuk bisa membawa pesan dari ku untuk aku yang lama. Jadi kuputuskan menuliskannya untukmu, untuk kau, aku yang berada jauh di depan. Semoga kau tidak cukup bodoh untuk mengabaikan masa lalu, atau bahkan terlalu terikat seperti aku saat ini.
Aku di masa depan, cerita yang ingin ku muat begitu banyak. Hal-hal yang mungkin nantinya kau akan lupa, tapi aku tak punya cukup tinta dan tenaga untuk menuliskannya. Lagipula, jika kau melupakannya kurasa itu adalah pilihan yang kita buat bersama, karena yang tersisa cukup berharga untuk kita jaga. Tapi aku di masa depan, baiknya pilahlah dengan hati-hati apa yang hendak kau lupakan. Karena tak semua kisah sedih itu tidaklah berguna hingga harus dihapus. Bagaimanapun juga, setiap kejadian membentuk pribadi kita hingga sekarang bukan?
Seperti yang kukatakan, aku tidak sanggup bercerita, jadi biarkanlah aku memberikan petuah. Aku tahu kau keras kepala karena akupun begitu, maka dari itu aku menuliskan ini. Karena jika bukan aku, siapa lagi yang akan kau dengar?
Jadi, aku, tolonglah jaga kesehatan. Makan yang banyak, minum minimal seliter sehari, kalau bisa juga tolonglah berolahraga. Aku berusaha untuk membiasakannya sekarang, agar kau tak berat menjalankannya nanti. Ingatlah untuk tak merajuk setiap kau tidak mendapatkan apa yang kau mau, aku tahu itu sulit, sekarangpun aku masih belum bisa membiasakan diri, tapi kuharap di masa depan nanti kau jauh lebih dewasa daripada aku.
Aku yang modern, pintaku janganlah kau mudah menyerah seperti aku saat ini, yang membiarkan hal-hal berharga dalam hidupku terlepas dari tanganku karena tak kuat menjaga. Tidakkah kau ingat hari ini? Bagaimana rasanya penyesalan datang padaku dalam rasa yang perih? Jadi kumohon, apapun yang terjadi janganlah hilang harapan. Karena memiliki itu gampang, tapi menjaga itu sulit. Lalu aku yang nanti, janganlah juga kau takut untuk melangkah ke depan, meskipun rasa takut dari masa lalu membayangi atau trauma masa kecilmu masih mengikat. Aku, akan berusaha untuk mengatasinya, memudahkanmu agar bisa melanjutkan dengan lebih baik. Tapi jika aku tak berhasil, maka kumohon ingatlah kata-kataku itu.
Terakhir, aku yang nantinya menjalani mimpiku, aku berharap surat ini akan kau baca dalam senyum. Menganggap bahwa ini hanyalah kenangan masa lalu di tengah keputusasaan untuk menginginkan pribadi yang lebih baik. Kuharap, kau membawa diri kita jauh menuju kebahagiaan, dan kuharap mimpi-mimpi yang kurajut bisa kau nikmati dalam masa tua yang indah.
Aku mencintai diriku, masa lalu, dan mungkin kau di masa yang akan datang. Maka ku harap kaupun begitu, hingga mampu menjaga diri kita. Tetaplah semangat, dan yakinlah apapun yang terjadi matahari akan tetap terbit, jadi melangkahlah tanpa takut. Jangan menyesal terhadap keputusan apapun yang kau ambil, tapi hadapilah semua konsekuensinya. Maka itu berpikirlah dengan hati-hati jangan terburu-buru, waktu tak pernah mengejarmu itu hanya ketakutanmu yang menuntut.
Dan aku di masa yang tak bisa kubayangkan, terimakasih karena sudah bertahan.
Salam,
aku yang tak berharap kau rindukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar